Tentang Sumber Daya Manusia Berkualitas
Dalam Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah
Diperingatkan bahwa membiarkan diri hidup dalam kemiskinan dengan tidak berusaha adalah salah "Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran (keengkaran)" (Hadist).
Tak ada kebun tempat ia bertanam, tak ada pasar tempat ia berdagang, tetapi tak kurang, setiap pagi dia terbang meninggalkan sarangnya dalam keadaan lapar, dan setiap sore dia kembali dalam keadaan "kenyang".
"Dibangkitkan kesadaran kepada ruang dan waktu (space and time consciousness) kepada peredaran bumi, bulan dan matahari, yang menyebabkan pertukaran malam dan siang dan pertukaran musim, yang memudahkan perhitungan bulan dan tahun, antara lain juga saat untuk menunaikan rukun Islam yang kelima kepada kepentingan nya waktu yang kita pasti merugi bila tidak diisi dengan amal perbuatan. "Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan siang untuk kamu mencari nafkah hidup" (Al-quran al Karim).
Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia Allah dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai kejayaan".
6. Jangan Boros
"Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala sesuatu harus pandai mengendalikan diri,agar jangan melewati batas, dan berlebihan ; "Wahai Bani Adam, pakailah perhiasanmu, pada tiap-tiap (kamu pergi) ke masjid (melakukan ibadah); dan makanlah dan minumlah, dan jangan melampaui batas; sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas".(Al Quran).
Kalau disimpulkan ;
Caranya,
Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh. Ba-tuka ba-anjak. Barubah ba-sapo.
Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito,
Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man janguak, Adat isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-nyalang, (basalang tenggang.)
Suatu masyarakat madani yang diidamkan terlihat dalam kesepakatan dan seia sekata, dengan mengedepankan solidaritas berbangsa. Karajo baiak ba-imbau-an, Karajo buruak bahambau-an, Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang lintabuang, Satitiak jadikan lauik, Sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru.
Merlihat dan mencermati setiap perkembangan akan mendorong seseorang siap menghadapi semua perubahan. Dan tidak didorong untuk bertindak gegabah. Selalu mengutamakan disiplin dan taat asas. Jiko mangaji dari alif, Jiko babilang dari aso, Jiko naiak dari janjang, Jiko turun dari tanggo. Adat di Minangkabau mengajarkan supaya seseorang memiliki kearifan dan keteraturan.
Di samping diapun mesti mengerti bahwa prinsip perbedaan pendapat mesti dihormati. Suatu prinsip demokrasi egaliter. Pawang biduak nan rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang kayu dalam tungku, Disinan api mangko hiduik.
Suatu iklim watak (mental climate) yang membentuk masyarakat memiliki etos kerja tinggi.
Handak kayo badikik-dikik, Handak tuah batabua urai, Handak mulia tapek-i janji, Handak luruih rantangkan tali, Handak buliah kuat mancari, Handak namo tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja. Dek sakato mangkonyo ado,
Dek sakutu mangkonyo maju, Dek ameh mangkonyo kameh, Dek padi mangkonyo manjadi.
Pemanfaatan alam disesuaikan dengan fungsi dan kondisi. Artinya bertindak terprogram. Sama sekali tidak secara gegabah.
Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu, Nan gurun buek kaparak. Nan bancah jadikan sawah, Nan munggu pandan pakuburan, Nan gauang ka-tabek ikan, Nan padang kubangan kabau, Nan rawang ranangan itiak.
Alah bakarih samporono, Bingkisan rajo Majopahik, Tuah basabab bakarano, Pandai batenggang di nan rumik. Latiak-latiak tabang ka Pinang. Hinggok di Pinang duo-duo, Satitiak aie dalam piriang, Sinan bamain ikan rayo.
Kemakmuran :
Rumah gadang gajah maharam, Lumbuang baririk di halaman, Rangkiang tujuah sajaja, Sabuah si bayau-bayau, Panenggang anak dagang lalu, Sabuah si Tinjau lauik, Birawati lumbuang nan banyak, Makanan anak kamanakan. Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang.
Teranglah sudah ...., bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di bidang pembangunan masyarakat lahir dan batin material dan spiritual pasti dia akan menemui disini satu iklim (mental climate) yang subur bila pandai menggunakannya dengan tepat akan banyak sekali membantunya dalam usaha pembangunan itu.
Lah masak padi 'rang singkarak, masaknyo batangkai-tangkai, satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhus sontak, Jaranglah urang nan ma-ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo. Artinya diperlukan orang-orang yang ahli dibidangnya untuk menatap setiap peradaban yang tengah berlaku.
Melupakan atau mengabaikan ini, mungkin lantaran menganggapnya sebagai barang kuno yang harus dimasukkan kedalam museum saja, di zaman modernisasi sekarang ini berarti satu kerugian. Sebab berarti mengabaikan satu partner "yang amat berguna" dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Membangun kesejahteraan dengan bertitik tolak pada pembinaan unsur manusia nya, dimulai dengan apa yang ada. Yang ada ialah kekayaan alam dan potensi yang terpendam dalam unsur manusia. Ibarat orang mengaji dia memulai dari alif. Sesudah itu baa, kemudian taa, dan seterusnya. Selangkah demi selangkah - step by step - thabaqan ‘an thabag.
Memulai dengan memanggil potensi yang ada dalam unsur manusia, masyarakat pedesaan itu. Kepada kesadaran akan benih-benih kekuatan yang ada dalam dirinya masing-masing.
Yakni : observasinya yang bisa dipertajam, daya pikirnya yang bisa ditingkatkan, daya gerak nya yang bisa didinamiskan, daya ciptanya yang bisa diperhalus, daya kemauannya yang bisa dibangkitkan.
Mulai dengan menumbuhkan atau mengembalikan kepercayaan kepercayaan kepada diri sendiri. Dengan kemauan untuk melaksanakan idea self help kata orang sekarang sesuai dengan peringatan Ilahi.
"Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala tidak merobah keadan sesuatu kaum, kecuali mereka mau merubah apa-apa yang ada dalam dirinya masing-masing ...."
Cukupkan dari yang ada ...Telapak tangan....
Di sini kita melihat peranan hakiki dari Sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu mengolah dan memelihara alam kurnia Allah untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriyah, dimulai dengan nilai-nilai rohani.
Demikian di antara rangkaian ungkapan Bapak DR. Mohamad Natsir, yang disampaikan di Sumatera Barat pada tahun 1968.
Pemikiran DR. Mohamad Natsir ini, masih relevan hingga sekarang. Pandangan DR. Mohamad Natsir senantiasa berbasis kepada keyakinan tauhid dengan bingkai democrat egaliter dari pemahaman tamaddun budaya di Ranah Minang, “adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah”.
Semoga bermanfaat.
Wallahu a'lamu bis-shawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar