Kamis, 17 November 2011

Sikap Murabbi (Pendidik) atau Suluah Bendang di Nagari



Sikap Murabbi (Pendidik) atau Suluah Bendang di Nagari

Oleh H. Mas’oed Abidin

Bimbingan agama (syarak) sesuai Kitabullah menyaji satu senarai (daftar) panjang menerangkan sikap yang di inginkan dipunyai oleh para murabbi (pendidik umat) yang memangku jabatan Imam khatib Adat di Minangkabau. Dasarnya adalah, berakhlak mengambil contoh kepada diri Rasulullah SAW dan menjadikannya uswah tuladan. Firman Allah mengaskan, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS.3, Ali Imran : 110).

Sebaik-baik hidup bermasyarakat adalah bila kita ada orang merasa bertambah dan apabila kita pergi orang merasa kehilangan. Hidup dengan saling mengingatkan kepada hidayah Allah, yaitu kebenaran (al-haq min rabbika) yang telah datang dari tuhan. Ingatlaj bahwa, “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.al-Baqarah : 147-148).

Kebenaran yang sebenarnya adalah apa yang sudah digariskan oleh syari’at agama Islam. Kebenaran hakiki sesuai dengan harkat fitrah manusia. Maka, tatanan masyarakat kita di Minangkabau, tetap menghormati kebenaran itu.

Kamanakan barajo ka Mamak,

Mamak barajo ka Pangulu,

Pangulu barajo ka mupakaik,

Mupakaik barajo ka nan bana,

Nan bana ba-diri sandirinyo.

Maknanya Kemenakan beraja ke mamak, Mamak beraja ke Penghulu, Penghulu beraja kepada mufakat. Mufakat beraja kepada yang benar. Yang benar itu adalah al-haq berdiri sendirinya. Artinya, kemenakan semestinya mengikut perintah (layaknya titah raja) dari mamak. Mamak sendiri tidak memerintah seenaknya. Akan tetapi selalu berpedoman kepada garis penghulu. Penghulu melaksanakan sesuai konvensi atau ketentuan dari hasil mufakat (musyawarah). Mufakat bermakna menelaah setiap masalah kemudian mengupayakan cara mengatasi berpedoman pada keyakinan kebenaran (al-haq) yakni syarak yang berdiri sendiri. Di dalam adagium syarak mangato adat mamakai, dipakaikan dengan mengambil pelajaran kepada alam takambang jadi guru.

Syarak adalah pedoman yang datang dari Allah. Di atas segala penghormatan kepada tatanan masyarakat, maka mufakat sangat diutamakan. Mufakat bertujuan untuk menegakkan kebenaran dengan pedoman tunggalnya adalah hidayah dari Allah SWT. Kalau diterjemahkan kedalam prilaku suluah bendang di Nagari semestinya mempunyai peribadi contoh. Sabda Rasulullah SAW mengingatkan “ Iman orang-orang Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya, lembut perangainya, bersikap ramah dan disukai pergaulannya (HR.Thabrani, HR.Thabrani di dalam al Ausath dan Abu Nu’aim dari Ibnu Sa’ad. Albani menghasankan di dalam Shahih al Jami’ as-Shaghir.).

Sahsiah atau prilaku yang harus dipunyai oleh Imam khatib Adat di Nagari, diantaranya berkelakuan baik, penyayang dan penyabar. Mampu mengurai masalah umat dengan jelas. Berdisiplin baik serta adil dan tidak berat sebelah di dalam menerapkan aturan (pemarkahan). Memiliki sifat kelakar dan ramah namun serius membimbing anak nagari bermasyarakat. Memahami masalah anak nagari. Mampu menarik perhatian anak nagari. Amanah dan menunaikan janji. Berupaya membuat penghakiman yang betul. Mempunyai sahsiah yang dihormati.

Tidak dapat tidak Imam Khatib di nagari memiliki semangat ber-Nagari yang tinggi. Mempunyai arah yang jelas dan spesifik. Mampu memilah intan dari kaca. Berkemauan yang kuat. Berbakat kepimpinan yang tinggi. Tidak mau menghina anak nagari atas kesalahan mereka. Bersedia memperbaiki kesalahan anak nagari dengan sadar. Mempunyai pengetahuan yang luas. Tidak menyimpang dari tajuk syarak dan akhlaq pembelajaran umat. Memiliki nada yang lembut dengan prinsip tegas. Merangkul dan mendidik. Mengenal titik kuat dan lemah anak nagari. Pandai memberi nasihat dan simpati terhadap kelemahan anak nagari. Pandai memilih kata yang tepat (kato nan ampek). Memberi ruang penelaahan (musyawarah). Tanggap dengan suasana anak nagari di dalam semua sisi kehidupan mereka. Membimbing kaedah hidup dengan menarik dan berkesan. Mantap prilaku dan memiliki darjah ilmu. Mewujudkan sikap kerjasama dan bersemangat riadah dengan kedisiplinan.

Para Imam khatib Adat dan murabbi yang mempunyai sahsiah baik selalu mengamalkan etika Islam yang standard dan mempunyai personaliti yang baik. Suluah bendang di Nagari kadangkala bergelar malim, bilal, manti, tuangku, imam khatib para ulama, memikul tanggung jawab murabbi (pendidik) wajib memiliki sahsiah mengamalkan etika Islam dan mempunyai personaliti yang baik.

Etika murabbi atau pendidik yang menjadi suluah bendang di nagari berisi tanggung jawab. Di awali kemauan dari dalam diri dan dapat ditukuk tambah oleh khalayak dan dihayati sebagai suatu etika profesi imam khatib para ulama di Nagari.

Sahsiah

Oleh : H. Mas’ oed Abidin

Nan kuriak kundi, Nan sirah sago,

Nan baiak budi, Nan indah baso.

tegak rumah karena sendi,

sendi runtuh rumah binasa,

tegak bangsa karena budi,

budi hancur hilanglah bangsa.



Tidak diragukan bahwa Imam khatib Adat -- murabbi, muallim, malim, ustadz/ustadzah,tuanku di Nagari dengan keperibadian baik serta uswah hidup terpuji akan mampu melukis kesan positif dalam diri anak nagari mereka.

Alat teknologi modern bagaimanapun canggihnya tidak akan dapat mengambil-alih peran Imam khatib Adat.

Faktor manusia diperlukan dalam proses pematangan sikap peribadi anak nagari.
Menanam laku perangai (sahsiah) anak nagari mestinya tidak menjadi beban pikulan satu pihak saja.
Banyak elemen dan sisi berperan menentukan.
Tegasnya membentuk perangai umat harusnya menjadi pekerjaan semua lapisan masyarakat.

Sahsiah
mencerminkan watak, sifat fisik, kognitif, emosi, sosial, rohani seorang .
Sahsiah mempunyai tiga ciri utama.

Pertama ialah keunikan dengan maksud tersendiri.

Kedua
kebolehan atau kemampuannya untuk berubah dan diubah;
sebagai hasil pembelajaran atau pengalaman.

Ketiga
ialah organisasi, yakni dengan perkataan lain ianya bukan sekadar himpunan tingkahlaku sebaliknya ia melibatkan corak tindakan dan operasi yang bersifat konsisten.

Sahsiah bermakna peribadi atau personality.
Menggambarkan sifat individu yang merangkum di dalamnya gaya hidup, kepercayaan, harapan, nilai,motif, pemikiran, perasaan, budipekerti, persepsi, tabiat, sikap dan watak seseorang.

G.W Allport dalam bukunya ”Pattern and Growth in Personality”, mendifinisikan sahsiah sebagai organisasi dinamiksesuatu sistem psikofisikal di dalam diri seorang individu yang menentukantingkah laku dan fikirannya yang khusus.

Sistem psikofisikal merangkumi segala-gala unsur-unsur psikologi sepertitabiat, sikap, nilai, kepercayaan dan emosi, bersama dengan unsur-unsur fisikalseperti bentuk tubuh badan, urat saraf, kelenjar, wajah dan gerak gerikseseorang (Mok Soon Sang, 1994:1).

Banyak kajian telah dibuat tentang sifat-sifat yang perlu ada pada seorang Imam khatib Adat termasuk murabbi atau pendidik.

Watak keperibadian dimaksud, semestinya dipunyai oleh para ustadz/ustadzah, tuanku, malim, mu’allim.

Berperibadi yang baik, dan berpenampilan menarik, sewajarnya dipertahankan oleh seorang yang memilih tanggung jawab murabbi.

Menurut Omar al-Toumial-Syibani Sifat-sifat baik tersebut akan memberikan hasil dan kesan mendalam pada proses pengajaran umat yang tengah dilakukan. Ciri-ciri prilaku dari Imam khatib Adat di Nagari-nagari hendaknya merangkum berbagai sifat-sifat yang mendukung peranannya.


Paling pokok adalah memiliki Sifat Ruhaniah dan Akidah yang mencakup keimanan yang kental kepada Allah yang Maha Sempurna dan keyakinan mendalam terhadap hari akhirat, hari berbangkit dan hari pembalasan, serta kepercayaan kepada Rasulullah dengan diiringi asas keimanan (arkan al iman) yang lain.

Dalam sebuah hadist disebutkan
“Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah SWT,malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qadar.”(HR.Muslim dan Ahmad).

Selanjutnya memiliki Sifat-Sifat Akhlak.
Antara lain benar dan jujur, menepati janji dan Amanah.
Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan,
Merendah diri – tawadhu’-- atau zuhud dan berani bertindak.
Sabar, tabah dan cekatan. Lapang dada – hilm --.

Pemaaf, toleransi dan penyayang sesuai bimbingan Rasulullah SAW ; “Orang-orang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang, makasayangilah penduduk bumi agar yang di langit ikut pula menyayangimu.” (HR.Abu Daud).

Menyayangi anak nagari.
Mengutamakan kepentingan orang banyak dengan sikap pemurah sebagaimana bimbingan hadist,
Tidak terbilang kepada umatku – yakni umat Muhammad SAW – barang siapa yang tidakmenghormati yang tua, dan tidak menyayangi yang muda, dan juga yang tidak mau arif mengikuti nasehat dari kalangan berilmu” (HR. Ahmad).

Keberhasilan Suluah Bendang di Nagari didukung pula oleh Sifat Mental, Kejiwaan dan Jasmani yang terbagi kepada tiga bagian sikap.

1. Sikap Mental
yang Cerdas (pintar teori, amali dan sosial). Menguasai mata pelajaran takhassus. Luas pengetahuan umum dan mencintai berbagai bidang akliah, ilmiah yang sehat. Mengenal ciri, watak, kecenderungan para anak nagari. Fasih, bijakdan cakap di dalam penyampaian. Firman Allah. “Barangsiapa yang diinginkan oleh Allah untuk memperoleh kebaikan, niscaya diberi pemahaman untuk menghayati ajaran agama.”(QS.).

2. Sifat Kejiwaan yang tenang, dengan emosi mantap terkendali.
Optimistik dalam hidup, penuh harap kepada Allah dan tenang jiwa mengingatiNya.
Percaya diri dan mempunyai kemauan yang kuat.
Lemah lembut dan baik dalam pergaulan.
Berfikiran luas dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Hadist Rasulullah menyebutkan, “Tidaklah kalian dimenangkan dan mendapatkan rezeki kecuali dengan bantuan orang-orang lemah kamu.” (HR. Imam Bukhari, dan Nawawi dalam ar Riyadh.).

3. Sifat Fisik. Sehat tubuh dan badan.
Berperawakan menarik, bersih, rapi (kemas) dan menyejukkan.
Ada bimdingan Rasulullah SAW,
Allah itu indah dan sangat menyenangi keindahan” (HR.Muslim dan Turmudzi).


Suluah Bendang di Nagari

Oleh : H. Mas’ oed Abidin


Nan kuriak kundi, Nan sirah sago,

Nan baiak budi, Nan indah baso.

tegak rumah karena sendi,

sendi runtuh rumah binasa,

tegak bangsa karena budi,

budi hancur hilanglah bangsa.


Tidak diragukan bahwa Imam khatib Adat -- murabbi, muallim, malim, ustadz/ustadzah, tuanku di Nagari dengan keperibadian baik serta uswah hidup terpuji akan mampu melukis kesan positif dalam diri anak nagari mereka. Alat teknologi modern bagaimanapun canggihnya tidak akan dapat mengambil-alih peran Imam khatib Adat.
Faktor manusia tetap diperlukan dalam proses pematangan sikap peribadi anak nagari. Menanam laku perangai (syahsiah) anak nagari mestinya tidak menjadi beban pikulan satu pihak saja. Banyak elemen dan sisi berperan menentukan. Tegasnya membentuk perangai umat harusnya menjadi pekerjaan semua lapisan masyarakat.
Sahsiah mencerminkan watak, sifat fisik, kognitif, emosi, sosial dan rohani seorang . Sahsiah mempunyai tiga ciri utama. Pertama ialah keunikan dengan maksud tersendiri. Kedua kebolehan atau kemampuannya untuk berubah dan diubah; sebagai hasil pembelajaran atau pengalaman. Ketiga ialah organisasi, yakni dengan perkataan lain ia bukan sekadar himpunan tingkahlaku sebaliknya ia melibatkan corak tindakan dan operasi yang bersifat konsisten.
Sahsiah bermakna peribadi atau personality. Menggambarkan sifat individu yang merangkum di dalamnya gaya hidup, kepercayaan, harapan, nilai, motif, pemikiran, perasaan, budi pekerti, persepsi, tabiat, sikap dan watak seseorang. G.W Allport dalam bukunya ”Pattern and Growth in Personality”, mendifinisikan sahsiah sebagai organisasi dinamik sesuatu sistem psikofisikal di dalam diri seorang individu yang menentukan tingkah laku dan fikirannya yang khusus. Sistem psikofisikal merangkumi segala-gala unsur-unsur psikologi seperti tabiat, sikap, nilai, kepercayaan dan emosi, bersama dengan unsur-unsur fisikal seperti bentuk tubuh badan, urat saraf, kelenjar, wajah dan gerak gerik seseorang (Mok Soon Sang, 1994:1).
Banyak kajian telah dibuat tentang sifat-sifat yang perlu ada pada seorang Imam khatib Adat termasuk murabbi atau pendidik. Watak keperibadian dimaksud, semestinya dipunyai oleh para ustadz/ustadzah, tuanku, malim, mu’allim. Berperibadi yang baik, dan berpenampilan menarik, sewajarnya dipertahankan oleh seorang yang memilih tanggung jawab murabbi. Menurut Prof Omar al-Toumi al-Syibani Sifat-sifat baik tersebut akan memberikan hasil dan kesan mendalam pada proses pengajaran umat yang tengah dilakukan. Ciri-ciri prilaku dari Imam khatib Adat di Nagari-nagari hendaknya merangkum berbagai sifat-sifat, yang mendukung peranannya.
Paling pokok adalah memiliki Sifat Ruhaniah dan Akidah yang mencakup keimanan yang kental kepada Allah yang Maha Sempurna dan keyakinan mendalam terhadap hari akhirat, hari berbangkit dan hari pembalasan, serta kepercayaan kepada Rasulullah dengan diiringi asas keimanan (arkan al iman) yang lain. Dalam sebuah hadist disebutkan “Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qadar.” (HR.Muslim dan Ahmad).
Selanjutnya memiliki Sifat-Sifat Akhlak antara lain benar dan jujur, menepati janji dan Amanah. Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan, Merendah diri – tawadhu’ -- atau zuhud dan berani bertindak. Sabar, tabah dan cekatan. Lapang dada – hilm --. Pemaaf, toleransi dan penyayang sesuai bimbingan Rasulullah SAW; “Orang-orang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang, maka sayangilah penduduk bumi agar yang di langit ikut pula menyayangimu.” (HR.Abu Daud). Menyayangi anak nagari. Mengutamakan kepentingan orang banyak dengan sikap pemurah sebagaimana bimbingan hadist, “Tidak terbilang kepada umatku – yakni umat Muhammad SAW – barang siapa yang tidak menghormati yang tua, dan tidak menyayangi yang muda, dan juga yang tidak mau arif mengikuti nasehat dari kalangan berilmu” (HR. Ahmad).
Keberhasilan Suluah Bendang di Nagari didukung pula oleh Sifat Mental, Kejiwaan dan Jasmani yang terbagi kepada tiga bagian sikap. 1. Sikap Mental yang Cerdas (pintar teori, amali dan sosial). Menguasai mata pelajaran takhassus. Luas pengetahuan umum dan mencintai berbagai bidang akliah, ilmiah yang sehat. Mengenal ciri, watak, kecenderungan para anak nagari. Fasih, bijak dan cakap di dalam penyampaian. Firman Allah. “Barangsiapa yang diinginkan oleh Allah untuk memperoleh kebaikan, niscaya diberi pemahaman untuk menghayati ajaran agama.”(QS.). Selanjutnya 2. Sifat Kejiwaan yang tenang, dengan emosi mantap terkendali. Optimistik dalam hidup, penuh harap kepada Allah dan tenang jiwa mengingatiNya. Percaya diri dan mempunyai kemauan yang kuat. Lemah lembut dan baik dalam pergaulan. Berfikiran luas dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Hadist Rasulullah menyebutkan, “Tidaklah kalian dimenangkan dan mendapatkan rezeki kecuali dengan bantuan orang-orang lemah kamu.” (HR. Imam Bukhari, dan Nawawi dalam ar Riyadh.). Terakhir adalah 3. Sifat Fisik. Sehat tubuh dan badan. Berperawakan menarik, bersih, rapi (kemas) dan menyejukkan. Ada bimdingan Rasulullah SAW, “Allah itu indah dan sangat menyenangi keindahan” (HR.Muslim dan Turmudzi).



sahsiah keperibadian Ciri Utama Imam khatib Adat Di Nagari


sahsiah keperibadian
Ciri Utama  Imam khatib Adat  Di  Nagari

Oleh : H. Mas’ oed Abidin
Nan kuriak kundi, Nan sirah sago,
Nan baiak budi, Nan indah baso.
tegak rumah karena sendi,
sendi runtuh rumah binasa,
tegak bangsa karena budi,
budi hancur hilanglah bangsa.
Tidak diragukan bahwa Imam khatib Adat -- murabbi, muallim, malim, ustadz/ustadzah, tuanku di Nagari  – dengan keperibadian baik serta uswah hidup terpuji akan mampu melukis kesan positif dalam diri anak nagari  mereka. Alat teknologi modern bagaimanapun canggihnya tidak akan dapat mengambil-alih peran Imam khatib Adat.
Faktor manusia tetap diperlukan dalam proses pematangan sikap peribadi anak nagari. Menanam laku perangai (syahsiah) anak nagari  mestinya tidak menjadi beban pikulan satu pihak saja. Banyak elemen dan sisi berperan menentukan. Tegasnya membentuk perangai umat harusnya menjadi pekerjaan semua lapisan masyarakat.
Sahsiah mencerminkan  watak, sifat fisik, kognitif, emosi, sosial dan rohani seorang . Sahsiah mempunyai tiga ciri utama. Pertama ialah keunikan dengan maksud tersendiri. Kedua kebolehan  atau kemampuannya untuk berubah dan diubah; sebagai hasil pembelajaran atau pengalaman. Ketiga ialah organisasi, yakni dengan perkataan  lain  ia bukan  sekadar himpunan tingkahlaku sebaliknya ia melibatkan corak tindakan dan operasi yang bersifat konsisten.
Sahsiah bermakna peribadi atau personality.  Menggambarkan sifat individu yang merangkum di dalamnya gaya hidup, kepercayaan, harapan, nilai, motif, pemikiran, perasaan,  budi pekerti, persepsi, tabiat, sikap dan watak seseorang. G.W Allport dalam bukunya ”Pattern and Growth in Personality”, mendifinisikan sahsiah sebagai organisasi dinamik sesuatu sistem psikofisikal di dalam diri seorang individu yang menentukan tingkah laku dan fikirannya yang khusus.  Sistem psikofisikal merangkumi segala-gala unsur-unsur psikologi seperti tabiat, sikap, nilai, kepercayaan dan emosi, bersama dengan unsur-unsur fisikal seperti bentuk tubuh badan, urat saraf, kelenjar, wajah dan gerak gerik seseorang (Mok Soon Sang, 1994:1).
Banyak kajian telah dibuat tentang sifat-sifat yang perlu ada pada seorang Imam khatib Adat termasuk murabbi atau pendidik. Watak keperibadian dimaksud, semestinya dipunyai oleh para ustadz/ustadzah, tuanku, malim, mu’allim. Berperibadi yang baik, dan berpenampilan menarik, sewajarnya dipertahankan oleh seorang yang memilih tanggung jawab murabbi. Menurut Prof Omar al-Toumi al-Syibani Sifat-sifat baik tersebut akan memberikan hasil dan kesan mendalam pada proses pengajaran umat yang tengah dilakukan. Ciri-ciri prilaku dari Imam khatib Adat di Nagari-nagari hendaknya  merangkum berbagai sifat-sifat, yang mendukung peranannya.
Paling pokok adalah memiliki Sifat Ruhaniah dan Akidah yang mencakup keimanan yang kental kepada Allah yang Maha Sempurna dan keyakinan mendalam terhadap hari akhirat, hari berbangkit dan hari pembalasan, serta kepercayaan kepada Rasulullah dengan diiringi asas keimanan (arkan al iman) yang lain. Dalam sebuah hadist disebutkan “Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan qadar.” (HR.Muslim dan Ahmad).
Selanjutnya memiliki Sifat-Sifat Akhlak antara lain benar dan jujur, menepati janji dan Amanah. Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan, Merendah diri – tawadhu’ -- atau zuhud dan berani bertindak. Sabar, tabah dan cekatan. Lapang dada – hilm --. Pemaaf, toleransi dan penyayang sesuai bimbingan Rasulullah SAW;  “Orang-orang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Penyayang, maka sayangilah penduduk bumi agar yang di langit ikut pula menyayangimu.” (HR.Abu Daud). Menyayangi anak nagari. Mengutamakan kepentingan orang banyak dengan  sikap pemurah sebagaimana bimbingan hadist, “Tidak terbilang kepada umatku – yakni umat Muhammad SAW – barang siapa yang tidak menghormati yang tua, dan tidak menyayangi yang muda, dan juga yang tidak mau arif mengikuti nasehat dari kalangan berilmu” (HR. Ahmad).
Keberhasilan Suluah Bendang di Nagari didukung pula oleh Sifat Mental, Kejiwaan dan Jasmani yang terbagi kepada tiga bagian sikap. 1. Sikap Mental yang Cerdas (pintar teori, amali dan sosial). Menguasai mata pelajaran takhassus. Luas pengetahuan umum dan mencintai berbagai bidang  akliah, ilmiah yang sehat. Mengenal ciri, watak, kecenderungan para anak nagari. Fasih, bijak dan cakap di dalam penyampaian. Firman Allah. “Barangsiapa yang diinginkan oleh Allah untuk memperoleh kebaikan, niscaya diberi pemahaman untuk menghayati ajaran agama.”(QS.). Selanjutnya 2. Sifat Kejiwaan yang tenang, dengan emosi mantap terkendali. Optimistik dalam hidup, penuh harap kepada Allah dan tenang jiwa mengingatiNya. Percaya diri dan mempunyai kemauan yang kuat. Lemah lembut dan baik dalam pergaulan. Berfikiran luas dan mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Hadist Rasulullah menyebutkan, “Tidaklah kalian dimenangkan dan mendapatkan rezeki kecuali dengan bantuan orang-orang lemah kamu.” (HR. Imam Bukhari, dan Nawawi dalam ar Riyadh.). Terakhir adalah  3.  Sifat Fisik. Sehat tubuh dan badan. Berperawakan menarik, bersih, rapi (kemas) dan menyejukkan. Ada bimdingan Rasulullah SAW, “Allah itu indah dan sangat menyenangi keindahan” (HR.Muslim dan Turmudzi).


Pendidikan Berkarakter adalah Pendidikan Akhlak Budi Pekerti


Pendidikan Berkarakter adalah Pendidikan Akhlak Budi Pekerti
Oleh : Buya H. Masoed Abidin

Akhlak adalah konsep perangai yang diajarkan Maha Khalik menjadi bukti kuatnya keyakinan atau keimanan seseorang. Akhlak adalah jembatan makhluk dengan Khaliknya. Hidup tidak berakhlak menjadikan kehidupan tidak akan bermanfaat. Di akhirat kelak akan merugi. Pelajaran Akhlak meliputi akhlak kepada Allah dan juga akhlak kepada tetangga. Akhlak membimbing tata laku bergaul sesama besar dan kepada yang lebih muda. Akhlak mengatur hubungan dengan lawan jenis dan juga terhadap yang berbeda agama dan keyakinan. Akhlak juga mengatur hubungan pergaulan dengan alam lingkungan lingkungan. Pendidikan akhlak berisi juga bagaiman semestinya seseorang menghormati guru dan orang yang lebih tua serta bagaimana mestinya berbakti kepada ibu bapa.
Ada sebuah pesan Rasulullah bahwa “Kewajiban ayah kepada anaknya, supaya memberinya nama yang baik dan pendidikan budi pekerti yang baik, mengajarnya tulis baca, berenang dan memanah (keterampilan dan kemampuan membela diri dan bela wathani), memberinya makanan yang baik dan mengawinkannya apabila telah dewasa.” (HR. Hakim). Dalam mengingatkan seseorang agar tidak terlepas dari perlindungan Khalik, maka Rasulullah mengingatkan “Pemuda! Jagalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, nanti engkau akan mendapati penjagaan-Nya di hadapan engkau. Apabila engkau menanya, tanyalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan hanya kepada Allah ‘Azza Wajalla.” (HR. Tirmidzi).
Nilai-nilai ajaran Islam mewajibkan mengimani Allah dan menghargai nikmatNya menjadi sumber rezeki dan kekuatan kedamaian. Pengamalan syari’at dengan tauhid yang benar akan menjauhkan dari semua bentuk kemaksiatan. Maka nilai nilai ajaran agama tujuannya jelas, yaitu membina, mengembangkan potensi dengan perilaku Islami di tengah kehidupan. Akhlak mulia mendorong nagari maju bermartabat dengan minat terbimbing kepada pandai bersyukur. Anak bangsa yang tidak menjaga budi akhlak akan mengalami kehancuran dengan punahnya adat luhur serta lenyapnya keyakinan atau lunturnya budaya bangsa. Membentuk watak generasi yang lasak (dinamik) dan memiliki wawasan Agama Islam menjadi tugas utama sepanjang masa. Adalah menjadi tanggung jawab kemanusiaan (wazhifah insaniah) untuk membina kesadaran komunikatif dengan menggerakkan potensi dalam bimbingan syarak basandi Kitabullah (basis religi).
Beberapa langkah pencapaiannya dapat dilakukan dengan memulai dari lembaga keluarga dan rumah tangga serta mengokohkan peran  pemimpin menjadi orang tua bagi semua yang dipimpinnya.  Tentu tidak boleh diabaikan upaya memperkaya warisan budaya dengan memupuk kesetiaan dan kecintaan dengan rasa tanggung jawab agar berlaku keberlangsungan kehidupan patah tumbuh hilang berganti. Semestinya ada kesungguhan dalam menanamkan aqidah shahih (tauhid) serta istiqamah (konsisten) dalam mengamalkan ajaran agama Islam yang dianut sera menularkan ilmu pengetahuan yang segar dengan tradisi luhur.
Menyikapi perubahan zaman dan pergantian musim yang sering dapat melanda adat budaya pergaulan, maka ada tanggung jawab menanamkan kesadaran terhadap hak dan kewajiban asasi individu secara amanah dan berkeadilan dalam menjaga hubungan harmonis dengan alam  lingkungan. Perlu dilakukan kiat melazimkan musyawarah dengan disiplin serta teguh politik dan kukuh ekonomi. Menanamkan sikap hidup yang bijak memilih prioritas atau tidak boros dan menjauhi sifat mubazir sesungguhnya adalah puncak budaya Ruhul Islam yang benar.
Jangan dimungkiri bahwa kalbu atau hati adalah yang memerintah jiwa manusia.  Allah mengingatkan bahwa, “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj:22:46). Nafsu akan menjadi musuh berbahaya manakala tidak terkendalikan. “Dan aku tidaklah akan mampu membersihkan diriku dari kesalahan  – selama memperturutkan hawa nafsu --, karena sesungguhnya nafsu sangat menyuruh kepada kejahatan.” (Lihatlah QS.12, Surat Yusuf ayat 53). Menuruti kehendak hawa nafsu belaka sama dengan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan, menjadi musyrik khafiy (tersembunyi). Firman Allah menanyakan dengan bahasa sindiran,  Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS.Furqan ayat 43).
Terbentuknya akhlak umat jadi  domain ruhiyah (ranah rohani) dalam satu komunitas yang mempunyai sahsiah berbasis tauhid dan ibadah hanya dengan memahami dan meyakini serta menetapkan aqidah iman yang istiqamah. Perlu di ingat bahwa semua bimbingan Kitabullah menekankan adab pergaulan antar manusia dan sesama makhluk yang di ikat hubungan kasih sayang yang ujud  dengan ibadah dan sikap hidup tawakkal dan bertaqwa. Akhlak mulia mendorong kepada kemajuan bermartabat dengan minat  terarah memelihara sumber kehidupan dan terbimbing pandai  bersyukur.
Pembentukan karakter atau watak berawal dari penguatan unsur unsur perasaan hati (qalbin Salim) yang menghiasi nurani manusia dengan nilai-nilai luhur dan tumbuh mekar dengan kesadaran kearifan yang  cerdas budaya diperhalus oleh cerdas emosional  serta dipertajam oleh kemampuan periksa evaluasi positif dan negatif  atau cerdas rasional yang dilindungi oleh kesadaran yang melekat pada keyakinan (cerdas spiritual) yakni hidayah Islam. Watak yang sempurna dengan nilai nilai luhur akhlakul karimah ini akan melahirkan tindakan terpuji yang tumbuh dengan motivasi (nawaitu) yang bersih (ikhlas). Insyaallah.

Membina Sumber Daya dengan Adil

Oleh : Buya H. Masoed Abidin

Kalau disadari, di keliling kita terserak sumber daya umat yang besar. Sungguh banyak di antara mereka yang sedang terpelanting dan menderita. Ada berbagai kelompok dan kedudukan. Diantaranya ada bekas Pelajar yang putus sekolah. Ada juga Mahasiswa yang tak punya pekerjaan. Atau ada juga bekas pegawai-pegawai Negeri Sipil, Militer, pegawai perusahaan-perusahaan swasta dan guru-guru sekolah partikulir (Madrasah-Madrasah), Masyarakat Tani, pedagang kecil dan buruh kecil. Mereka adalah sumber daya manusia (SDM) yang besar kontribusinya. Walaupun diantaranya ada yang invalid, yang menderita tekanan kehidupan, dhu’afak, kehilangan rumah atau pekerjaan. Ini adalah kekuatan masyarakat yang perlu di bina. Perlu dibawa berperan aktif dalam proses kehidupan bangsa di tengah bergulirnya roda pembangunan.

Menghimpunnya, diperlukan usaha dengan berbagai upaya, baik yang bersifat psychologis ataupun technis. Langkah pertama, adalah bukakan “pintu hati” untuk yang memerlukan bantuan dalam rangka pemulihan kehidupan. Tunjukkan minat dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.

Andaikata belum mampu memberikan bantuan sewaktu itu, sekurang-kurangnya sokongan moril harus diberikan. Hidupkan harapan kepada kekuatan kerahiman Ilahi. Suburkan kepercayaan mereka kepada kekuatan yang ada pada diri mereka sendiri. Tumbuhkan di hati mereka tulus dan ikhlas. Hati yang lebih tulus dan pikiran yang jernih serta lega akan kembali mengisi harapan.

Upaya ini akan menambah himmah (gita dan minat) untuk bekerja terus. Sekurang-kurangnya, menambah daya tahan umat. Agar umat terhindar dari tindakan menyalahi hukum Syar’iy, maupun urusan duniawi. Jangan ditinggal umat dengan bermacam-macam perasaan tak tentu arah. Tanpa pegangan yang pasti, umat akan patah hati.

Kriteria untuk merebut keberhasilan oleh seorang pemimpin, dalam semua level kedudukan, adalah selalu berada ditangah umat yang di pimpinnya. Pemikiran (ide) seorang pemimpin belum selalu komplet dan limitatif. Menjadi tidak terbatas bila berpadu dengan pengalaman. Pengalaman dan kearifan membaca kondisi keliling menjadi pelajaran sangat berharga. Penggugah dan pengantar pemikiran.

Pengalaman serta daya pikir dan daya cipta bila dipadukan, bermanfaat untuk menciptakan kesempurnaan dalam praktek. Semua barang yang lama itu tetap akan baru, selama sesorang belum mengerjakannya. Terpenting selalu mencoba untuk membangkitkan kreativitas dalam berusaha. Satu upaya inovatif untuk tetap bersemangat dalam menjalani roda kehidupan. Barangkali juga dirasakan, bahwa di antara hal-hal itu ada yang demikian barunya sehingga sukar. Rasa-rasa tak mungkin dapat mencapainya.

Moto amal itu seharusnya adalah; “Yang mudah sudah dikerjakan orang, Yang sukar kita kerjakan sekarang, Yang “tak mungkin” dikerjakan besok.” Dengan mengharapkan hidayat Ilahi, mari kita sahuti panggilan Allah SWT, “Katakanlah : Wahai kaumku, berbuatlah kamu sehabis-habis kemampuan-mu, akupun berbuat”!. Sungguh, Allah telah memerintahkan kepada setiap orang untuk berlaku adil, berbuat ihsan (kebajikan), dan membantu karib kerabat. Allah juga memerintahkan untuk melakukan pencegahan terhadap perilaku keji dan tercela (fahsya’, anarkis).

Allah SWT memerintahkan pula untuk menghindar dari kemungkaran (perbuatan terlarang) dan aniaya (anarkis), juga dari perlakuan yang melampaui batas (bagh-ya). Semua peringatan Allah ini harus selalu di ingat oleh manusia, agar tercipta kehidupaan yang sejahtera. ” Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS.An Nahl,90).

Adil adalah pakaian setiap pemimpin, tidak semata ucapan. Adil adalah suatu perbuatan yang di dambakan setiap orang. Karenanya, menjadi kewajiban setiap pribadi untuk menegakkan dan mempertahankannya. Agama mengajarkan bahwa setiap orang adalah pemimpin. Setiap pemimpin akan diminta pertanggungan jawab terhadap rakyat yang dipimpinnya. Agama Islam menegaskan bahwa seorang penguasa adalah pemimpin dari rakyatnya. Seorang suami menjadi pemimpin atas istri dan keluarga rumah tangganya. Seorang pekerja (khadam) adalah pemimpin atas harta yang di amanahkan oleh majikannya.

Konsekwensinya adalah setiap pemimpin memikul tanggung jawab untuk berlaku adil dan amanah dalam menjaga rakyat yang di pemimpinannya. Karena setiap pemimpin akan ditanya pertanggungan jawab atas kepemimpinannya. Begitulah isi peringatan Rasulullah SAW dalam satu hadist shaheh yang di riwayatkan Al-Bukhari dari ‘Abdullah ibn ‘Umar RA. Pemimpin yang adil, semestinyalah bersikap merendah (tawadhu’) terhadap rakyat yang dipimpinnya (HR.Bukhari, dalam Riyadhus-Shalihin, Imam Nawawy). Maknanya adalah kepentingan rakyat wajib di utamakan di atas segala kepentingan. Hanya ada satu capaian yang mesti diraih demi kemashlahatan rakyat banyak.

Pemimpin dalam pandangan agama Islam tidak untuk kepentingan kelompok atau golongan tetapi untuk kemashlahatan orang banyak. Walau yang tersua di kebanyakan paham sekuler dibangun dinding batas antara pemimpin di satu pihak dan rakyat di sisi lain. Dalam konsep Agama adalah memimpin jadi pemimpin hanyalah amanah Tuhan. Pemerintahan adalah amanah rakyat belaka.

Kepemimpinan sesungguhnya adalah amanat dari Allah SWT yang wajib di tunaikan sebagai ibadah di tengah kehidupan masyarakat atau rakyatnya dalam kerangka hablum min an-naas. Pakaian pemimpin adalah adil, sebagai ciri taqwa.

Wallahu a’lamu bis-shawaab.