Propinsi | Rabu, 30/07/2008 19:50 WIB
Peringatan Isra Mi'raj Jadikan Momentum Pembinaan Karakter Bangsa
Padang, (ANTARA) - Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW 1429 H, hendaknya dijadikan momentum pembinaan karakter bangsa, karena dalam peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW diawali dengan pembersihan jiwa dan dibekali dengan Iman, Ilmu dan Akhlaq untuk menjadi pemimpin yang rahmatan lil'alamin.
"Secara kebangsaan tidak mungkin maju tanpa tiga kekuatan itu, Iman (Religi), Ilmu (Iptek) dan Akhlaq (kultur, adat dan prilaku," kata Wakil Ketua Penasehat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, Buya H. Mas'oed Abidin, di Padang, Rabu.
Menurut dia, tiga modal yang mengisi jiwa Nabi Muhammad SAW pada awal perjalanan Isra Mi'raj, merupakan hal yang sangat substansial dalam pembinaan karakter bangsa.
Penetapan pimpinan bangsa mulai dari tingkat bawah hingga yang lebih tinggi, maka tiga kekuatan itu menjadi penentu. (SA)
Sedangkan Mi'raj atau naik ke atas, kata Mas'oed, satu bentuk hubungan vertikal dengan Allah SWT, tentunya melalui ibadah teratur, tertib, disiplin, taat sebagaimana diajarkan dalam shalat.
"Shalat adalah perintah pertama dalam Islam, tanpa shalat tak ada artinya Agama Islam," katanya dan menambahkan, shalat mengajarkan pengawasan yang melekat antara makhluk manusia dengan khalik-Nya.
Menurut dia, pemimpin bangsa yang shalat tidak akan tergiur korupsi dan bangsa akan makmur, adil, sejahtera, bersih dan menghargai waktu.
Sejarah perjalanan Nabi dalam Isra' mulai dari Masjidil Haram, Makkah, hingga ke Masjidil Aqsho di Palestina, sementara Mi'raj menceritakan perjalanan Nabi Muhammad SAW mulai dari Masjidil Aqsho hingga Sidratul Muntaha.
Jadi untuk konteks kekinian bahwa Isra Mi'raj tidak hanya input rasio saja, dua peristiwa itu mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai bukti kerasulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar