Selasa, 05 Agustus 2008

Israk Mikraj dan Iptek, Ditulis dalam Kompas, 26 Agustus 2008

Tabir Isra Miraj berdasarkan science

Sebagai rumusan dasar dalam ilmu sains, rumusan Newton, F= m.a,
memberikan pengaruh dan kegunaan yang cukup besar. Kehadiran rumusan
hukum kekekalan energi dan momentum, misalnya, tidak lain
dikembangkan dari rumus dasar Newton. Berdasarkan rumusan Newton pula
maka berkembang ilmu optika klasik, mekanika, dan mesin-mesin. Buah
dari karya besar Newton itu antara lain termanifestasi dalam
peradaban mesin-mesin industri. Sir Issac Newton dapat diakui sebagai
ilmuwan besar abad 17 hingga abad 20.

Akan tetapi, dengan berawal dari ketidakpuasan para ilmuwan terhadap
rumusan Newton untuk menjelaskan dinamika elektron-struktur atomik-
maka berkembanglah teori baru. Berawal dari tesis Albert Einstein
melalui rumusan E= mc2, lebih lanjut menjadi arahan bagi para ilmuwan
untuk dapat memodelkan dinamika elektron dengan lebih tepat. Dari
rumusan Einstein, ternyata terbukti bahwa rumusan Newton pada
dasarnya merupakan pendekatan dari rumusan E=mc2. Hal ini terjadi
karena dinamika gerak partikel masif adalah << (baca: jauh lebih
kecil dari) kecepatan cahaya, c. Dengan kata lain, rumusan F=m.a
adalah pendekatan dari E=mc2. Namun, kehadiran rumusan Einstein tidak
secara otomatis meniadakan hukum-hukum yang dikembangkan berdasarkan
Newton.

Seiring dengan pembuktian Einstein dan kawan-kawan dalam bidang
fisika ini, maka berkembanglah cabang ilmu Fisika Kuantum. Dari
namanya kuantum diambil dari kuanta-energi yang dipancarkan oleh
loncatan elektron. Lebih lanjut, Scrodinger berhasil memberikan
rumusan peluang elektron untuk dapat melakukan terobosan pada suatu
dinding penghalang. Lebih lanjut, kuantum ini dimodelkan melalui
sumur-sumur kuantum. Pada sumur itu digambarkan elektron yang hendak
menembus dinding sumur pembatas dengan probabilitas tertentu.

Telepati dan teleportasi

Jika 14 abad yang lalu umat Islam meyakini peristiwa Isra' Mi'raj
Nabi Muhammad, maka teori kuantum memberikan arahan yang berarti
untuk menjelaskan fenomena aneh itu. Bahkan untuk fenomena telepati,
sihir, pengobatan jarak jauh, dan teleportasi.

Meditasi Anand Krisna, misalnya, jika kita perhatikan tidak lain
mengikuti konsep kuantum. Dengan melakukan penenangan batin serta
diikuti ritme goyangan tubuh berirama, seseorang akan mengalami
"kepuasan" tertentu. Teknik ini juga sering dilakukan pada
penyembuhan alternatif dengan menggunakan energi prana, chi. Jika
kita melihat sebentar pada pondok-pondok salaf, kita perhatikan para
santri yang berzikir sambil goyang kepala. Juga dikisahkan, para
waliullah dan kiai dapat terbang dengan kecepatan kilat.

Apa sesungguhnya yang sedang terjadi? Di manakah kuantum itu terjadi?
Teori kuantum menjelaskan fenomena loncatan elektron (kuanta-kuanta
energi) suatu partikel yang mengalami eksitasi, yang diakibatkan oleh
pengaruh getaran, pemanasan, atau pemancaran. Efek fotolistrik dan
Compton menjelaskan hal ini. Pada kasus logam yang dipanasi, ia dapat
memancarkan elektron. Logam yang disinari, terjadi kuantum. Hal ini
menyebabkan perubahan struktur atomik suatu partikel tertentu.
Perubahan itu melibatkan pemindahan elektron yang sekaligus
memancarkan energi foton. Pendek kata, fenomena di atas terjadi
karena transfer energi elektromagnetik.

Richard Feyman, ilmuwan Amerika Serikat yang berhasil memenangkan
Nobel Fisika atas temuannya, membuktikan bahwa suatu partikel masih
dapat dipindahkan menembus batas dinding partikel tanpa mengalami
kerusakan. Pada kesempatan yang lain, Dr Ivan Geiver (pemenang Nobel
Fisika) dari Amerika juga semakin menguatkan khazanah ilmu kuantum
ini.

Temuan Feyman dan Geiver ini memberikan pengertian kepada kita bahwa
teleportasi-perpindahan fisik seseorang yang menembus ruang pembatas-
adalah rasional. Begitu pula dengan Isra' Mi'raj. Jika seseorang
sudah dapat melakukan suatu perlakuan khusus terhadap dirinya sampai
batas energi ambang, maka orang tersebut memungkinkan mengalami
derajat emanasi, eksitasi, atau kuantum. Sama persis dengan energi
ambang yang dibutuhkan suatu logam untuk dapat melakukan kuantum.

Manifestasi dari kuantum ini adalah memungkinkan seseorang ini
mengirimkan sinyal jarak jauh, sinyal yang berupa medan
elektromagnetik. Jika dapat mengubah partikel diri seolah menjadi
susunan-susunan elektron yang tereksitasi, maka terjadilah loncatan
secepat cahaya. Maka, tukar informasi-telepati-terjadi. Lihat juga
peristiwa kirim energi melalui televisi pada acara mingguan Dedy
Corbuzier. Jika kejadian ini sampai melibatkan pemindahan fisik
tubuhnya, maka orang ini mencapai derajat teleportasi.

Dari sudut pandang teori kuantum ini maka jelaslah bahwa tabir Isra'
Mi'raj, telepati, teleportasi; sudah mendapatkan penjelasan fisik.
Artinya, sebagian besar orang yang tidak mengakui fenomena ini-karena
alasan tidak ada bukti fisiknya-dewasa ini sudah terbantahkan. Hal
yang dulu dianggap metafisika dan gaib, berdasarkan teori kuantum
telah mendapatkan pembenaran fisik. Senada dengan teori kuantum, maka
teknik goyang ritmis berirama pada ritual meditasi, zikir, serta
pengobatan alternatif.

Teknik goyangan tubuh berirama pada dasarnya merupakan cara untuk
memicu eksitasi eletron tubuh kita agar dapat memancarkan gelombang
cahaya dengan frekuensi tertentu. Jika teknik goyangan ini cukup kuat
dan kontinu sampai derajad energi ambang terlampui.

Dari sudut pandang ilmiah, maka kita semakin meyakini bahwa ilmu-ilmu
fisik (fisika) dewasa ini sudah menyatu dengan dimensi gaib dan
spiritualitas. Jika kita sempat membaca tulisan Frictof Capra pada
bukunya Titik Balik Peradaban, terang sudah bahwasanya khazanah ilmu
barat dan timur dewasa ini sudah dalam tahap penyatuan. Khazanah
barat yang unggul dalam riset, eksperimentasi, dan rasionalitas;
serta timur yang lebih dominan dalam aspek spiritualitas.

Oleh karena itu, era pasca-Einstein telah menjadi pembuka tabir
penyatuan paradigma timur dan barat. Dan, kuantum adalah laksana
jembatan antara peradaban timur dan barat. Kuantum yang secara
empiris ditemukan pada abad 20, maka di dunia timur sudah mengakar
cukup kuat sejak peradaban Cina Kuno dan India Kuno, 25 abad yang
lalu. Dunia timur mengenal hukum paradoks lebih awal. Kita tahu,
salah satu hukum dalam teori kuantum adalah hukum paradoks.

Dimuat diharian Kompas,26, Agustus 2002
oleh Edi Suparno Direktur CORE'S Nusantara

2 komentar:

edi suparno mengatakan...

Coba test

edi suparno mengatakan...

Mengomentari tulisan saya sendiri

salam,

Tidak terasa, dan hampir tidak percaya kalau dulu tahun 2002 saya pernah menuliskan seperti itu, dan menjadi bagian dari kontroversi kawan/senior sains fisika.
hampir stelah itu saya tida pernah menulis untuk media.
Dua minggu in saya peroleh oleh-oleh dari dosen saya DR. Sekartejo, ahli fisika Cahaya dari Teknik Fisika ITS.
yang kurang lebihnya adalah spektrum energi kuantum yang dijelasakan orang fisika tdak lain dan tidak bukan adalah suatu bahsa untuk menjelasakan perintah-perintah Allah dalam Al Quran untuk membuka tabir rahasia alam semesta.
keselarasan dan kebenaran metode spiritual agama (Islam) yang koheren dalam menciptakan state kepribadian muslim yang diberkati, pribadi manusia yang dipenuhi cahaya energi positif.
Hari ini, hal tersebut menjadi semakin ilmiah melalui orang yang berbondong-bondong belajar dan mempraktekan psikologi ala spiritual state. ESQ, NLP, SQ dll.
Dalam soal ini para ahli/pelaku tarikat, dan saintis fiskawan/kimiawan; insyaallah lebih dahulu menemukan realitas kebenaran tersebut.
hanya masalahnya mereka tidak mengartulasikan sebagaimana orang psikologi melakukan.

terima kasih.

Edi Suparno, ST
Quanta Optima
Pajang Surakarta.