Kamis, 17 November 2011

Sikap Murabbi (Pendidik) atau Suluah Bendang di Nagari



Sikap Murabbi (Pendidik) atau Suluah Bendang di Nagari

Oleh H. Mas’oed Abidin

Bimbingan agama (syarak) sesuai Kitabullah menyaji satu senarai (daftar) panjang menerangkan sikap yang di inginkan dipunyai oleh para murabbi (pendidik umat) yang memangku jabatan Imam khatib Adat di Minangkabau. Dasarnya adalah, berakhlak mengambil contoh kepada diri Rasulullah SAW dan menjadikannya uswah tuladan. Firman Allah mengaskan, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS.3, Ali Imran : 110).

Sebaik-baik hidup bermasyarakat adalah bila kita ada orang merasa bertambah dan apabila kita pergi orang merasa kehilangan. Hidup dengan saling mengingatkan kepada hidayah Allah, yaitu kebenaran (al-haq min rabbika) yang telah datang dari tuhan. Ingatlaj bahwa, “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.al-Baqarah : 147-148).

Kebenaran yang sebenarnya adalah apa yang sudah digariskan oleh syari’at agama Islam. Kebenaran hakiki sesuai dengan harkat fitrah manusia. Maka, tatanan masyarakat kita di Minangkabau, tetap menghormati kebenaran itu.

Kamanakan barajo ka Mamak,

Mamak barajo ka Pangulu,

Pangulu barajo ka mupakaik,

Mupakaik barajo ka nan bana,

Nan bana ba-diri sandirinyo.

Maknanya Kemenakan beraja ke mamak, Mamak beraja ke Penghulu, Penghulu beraja kepada mufakat. Mufakat beraja kepada yang benar. Yang benar itu adalah al-haq berdiri sendirinya. Artinya, kemenakan semestinya mengikut perintah (layaknya titah raja) dari mamak. Mamak sendiri tidak memerintah seenaknya. Akan tetapi selalu berpedoman kepada garis penghulu. Penghulu melaksanakan sesuai konvensi atau ketentuan dari hasil mufakat (musyawarah). Mufakat bermakna menelaah setiap masalah kemudian mengupayakan cara mengatasi berpedoman pada keyakinan kebenaran (al-haq) yakni syarak yang berdiri sendiri. Di dalam adagium syarak mangato adat mamakai, dipakaikan dengan mengambil pelajaran kepada alam takambang jadi guru.

Syarak adalah pedoman yang datang dari Allah. Di atas segala penghormatan kepada tatanan masyarakat, maka mufakat sangat diutamakan. Mufakat bertujuan untuk menegakkan kebenaran dengan pedoman tunggalnya adalah hidayah dari Allah SWT. Kalau diterjemahkan kedalam prilaku suluah bendang di Nagari semestinya mempunyai peribadi contoh. Sabda Rasulullah SAW mengingatkan “ Iman orang-orang Mukmin yang paling sempurna adalah yang paling baik akhlaknya, lembut perangainya, bersikap ramah dan disukai pergaulannya (HR.Thabrani, HR.Thabrani di dalam al Ausath dan Abu Nu’aim dari Ibnu Sa’ad. Albani menghasankan di dalam Shahih al Jami’ as-Shaghir.).

Sahsiah atau prilaku yang harus dipunyai oleh Imam khatib Adat di Nagari, diantaranya berkelakuan baik, penyayang dan penyabar. Mampu mengurai masalah umat dengan jelas. Berdisiplin baik serta adil dan tidak berat sebelah di dalam menerapkan aturan (pemarkahan). Memiliki sifat kelakar dan ramah namun serius membimbing anak nagari bermasyarakat. Memahami masalah anak nagari. Mampu menarik perhatian anak nagari. Amanah dan menunaikan janji. Berupaya membuat penghakiman yang betul. Mempunyai sahsiah yang dihormati.

Tidak dapat tidak Imam Khatib di nagari memiliki semangat ber-Nagari yang tinggi. Mempunyai arah yang jelas dan spesifik. Mampu memilah intan dari kaca. Berkemauan yang kuat. Berbakat kepimpinan yang tinggi. Tidak mau menghina anak nagari atas kesalahan mereka. Bersedia memperbaiki kesalahan anak nagari dengan sadar. Mempunyai pengetahuan yang luas. Tidak menyimpang dari tajuk syarak dan akhlaq pembelajaran umat. Memiliki nada yang lembut dengan prinsip tegas. Merangkul dan mendidik. Mengenal titik kuat dan lemah anak nagari. Pandai memberi nasihat dan simpati terhadap kelemahan anak nagari. Pandai memilih kata yang tepat (kato nan ampek). Memberi ruang penelaahan (musyawarah). Tanggap dengan suasana anak nagari di dalam semua sisi kehidupan mereka. Membimbing kaedah hidup dengan menarik dan berkesan. Mantap prilaku dan memiliki darjah ilmu. Mewujudkan sikap kerjasama dan bersemangat riadah dengan kedisiplinan.

Para Imam khatib Adat dan murabbi yang mempunyai sahsiah baik selalu mengamalkan etika Islam yang standard dan mempunyai personaliti yang baik. Suluah bendang di Nagari kadangkala bergelar malim, bilal, manti, tuangku, imam khatib para ulama, memikul tanggung jawab murabbi (pendidik) wajib memiliki sahsiah mengamalkan etika Islam dan mempunyai personaliti yang baik.

Etika murabbi atau pendidik yang menjadi suluah bendang di nagari berisi tanggung jawab. Di awali kemauan dari dalam diri dan dapat ditukuk tambah oleh khalayak dan dihayati sebagai suatu etika profesi imam khatib para ulama di Nagari.

Tidak ada komentar: