Kamis, 17 November 2011

Pendidikan Berkarakter adalah Pendidikan Akhlak Budi Pekerti


Pendidikan Berkarakter adalah Pendidikan Akhlak Budi Pekerti
Oleh : Buya H. Masoed Abidin

Akhlak adalah konsep perangai yang diajarkan Maha Khalik menjadi bukti kuatnya keyakinan atau keimanan seseorang. Akhlak adalah jembatan makhluk dengan Khaliknya. Hidup tidak berakhlak menjadikan kehidupan tidak akan bermanfaat. Di akhirat kelak akan merugi. Pelajaran Akhlak meliputi akhlak kepada Allah dan juga akhlak kepada tetangga. Akhlak membimbing tata laku bergaul sesama besar dan kepada yang lebih muda. Akhlak mengatur hubungan dengan lawan jenis dan juga terhadap yang berbeda agama dan keyakinan. Akhlak juga mengatur hubungan pergaulan dengan alam lingkungan lingkungan. Pendidikan akhlak berisi juga bagaiman semestinya seseorang menghormati guru dan orang yang lebih tua serta bagaimana mestinya berbakti kepada ibu bapa.
Ada sebuah pesan Rasulullah bahwa “Kewajiban ayah kepada anaknya, supaya memberinya nama yang baik dan pendidikan budi pekerti yang baik, mengajarnya tulis baca, berenang dan memanah (keterampilan dan kemampuan membela diri dan bela wathani), memberinya makanan yang baik dan mengawinkannya apabila telah dewasa.” (HR. Hakim). Dalam mengingatkan seseorang agar tidak terlepas dari perlindungan Khalik, maka Rasulullah mengingatkan “Pemuda! Jagalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah (perintah) Allah, nanti engkau akan mendapati penjagaan-Nya di hadapan engkau. Apabila engkau menanya, tanyalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, mohonlah pertolongan hanya kepada Allah ‘Azza Wajalla.” (HR. Tirmidzi).
Nilai-nilai ajaran Islam mewajibkan mengimani Allah dan menghargai nikmatNya menjadi sumber rezeki dan kekuatan kedamaian. Pengamalan syari’at dengan tauhid yang benar akan menjauhkan dari semua bentuk kemaksiatan. Maka nilai nilai ajaran agama tujuannya jelas, yaitu membina, mengembangkan potensi dengan perilaku Islami di tengah kehidupan. Akhlak mulia mendorong nagari maju bermartabat dengan minat terbimbing kepada pandai bersyukur. Anak bangsa yang tidak menjaga budi akhlak akan mengalami kehancuran dengan punahnya adat luhur serta lenyapnya keyakinan atau lunturnya budaya bangsa. Membentuk watak generasi yang lasak (dinamik) dan memiliki wawasan Agama Islam menjadi tugas utama sepanjang masa. Adalah menjadi tanggung jawab kemanusiaan (wazhifah insaniah) untuk membina kesadaran komunikatif dengan menggerakkan potensi dalam bimbingan syarak basandi Kitabullah (basis religi).
Beberapa langkah pencapaiannya dapat dilakukan dengan memulai dari lembaga keluarga dan rumah tangga serta mengokohkan peran  pemimpin menjadi orang tua bagi semua yang dipimpinnya.  Tentu tidak boleh diabaikan upaya memperkaya warisan budaya dengan memupuk kesetiaan dan kecintaan dengan rasa tanggung jawab agar berlaku keberlangsungan kehidupan patah tumbuh hilang berganti. Semestinya ada kesungguhan dalam menanamkan aqidah shahih (tauhid) serta istiqamah (konsisten) dalam mengamalkan ajaran agama Islam yang dianut sera menularkan ilmu pengetahuan yang segar dengan tradisi luhur.
Menyikapi perubahan zaman dan pergantian musim yang sering dapat melanda adat budaya pergaulan, maka ada tanggung jawab menanamkan kesadaran terhadap hak dan kewajiban asasi individu secara amanah dan berkeadilan dalam menjaga hubungan harmonis dengan alam  lingkungan. Perlu dilakukan kiat melazimkan musyawarah dengan disiplin serta teguh politik dan kukuh ekonomi. Menanamkan sikap hidup yang bijak memilih prioritas atau tidak boros dan menjauhi sifat mubazir sesungguhnya adalah puncak budaya Ruhul Islam yang benar.
Jangan dimungkiri bahwa kalbu atau hati adalah yang memerintah jiwa manusia.  Allah mengingatkan bahwa, “Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (Al-Hajj:22:46). Nafsu akan menjadi musuh berbahaya manakala tidak terkendalikan. “Dan aku tidaklah akan mampu membersihkan diriku dari kesalahan  – selama memperturutkan hawa nafsu --, karena sesungguhnya nafsu sangat menyuruh kepada kejahatan.” (Lihatlah QS.12, Surat Yusuf ayat 53). Menuruti kehendak hawa nafsu belaka sama dengan menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan, menjadi musyrik khafiy (tersembunyi). Firman Allah menanyakan dengan bahasa sindiran,  Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS.Furqan ayat 43).
Terbentuknya akhlak umat jadi  domain ruhiyah (ranah rohani) dalam satu komunitas yang mempunyai sahsiah berbasis tauhid dan ibadah hanya dengan memahami dan meyakini serta menetapkan aqidah iman yang istiqamah. Perlu di ingat bahwa semua bimbingan Kitabullah menekankan adab pergaulan antar manusia dan sesama makhluk yang di ikat hubungan kasih sayang yang ujud  dengan ibadah dan sikap hidup tawakkal dan bertaqwa. Akhlak mulia mendorong kepada kemajuan bermartabat dengan minat  terarah memelihara sumber kehidupan dan terbimbing pandai  bersyukur.
Pembentukan karakter atau watak berawal dari penguatan unsur unsur perasaan hati (qalbin Salim) yang menghiasi nurani manusia dengan nilai-nilai luhur dan tumbuh mekar dengan kesadaran kearifan yang  cerdas budaya diperhalus oleh cerdas emosional  serta dipertajam oleh kemampuan periksa evaluasi positif dan negatif  atau cerdas rasional yang dilindungi oleh kesadaran yang melekat pada keyakinan (cerdas spiritual) yakni hidayah Islam. Watak yang sempurna dengan nilai nilai luhur akhlakul karimah ini akan melahirkan tindakan terpuji yang tumbuh dengan motivasi (nawaitu) yang bersih (ikhlas). Insyaallah.

Tidak ada komentar: