MENGHARUNGI ARUS KESEJAGATAN
oleh Masoed Abidin ZAbidin Jabbar
Derasnya arus kesejagatan (globalisasi) secara dinamik perlu dihadapi
dengan penyesuaian tindakan dan pemahaman
bahwa arus kesejagatan
tidak boleh mencabut generasi dari akar budayanya.
Arus kesejagatan (globalisasi) mesti dirancang
untuk dapat ditolak mana yang tidak sesuai,
dan dipakai mana yang baik.
Kita akan mendapatkan pelajaran
bahwa tidak boleh ada kelalaian dan berpangku tangan
di tengah mobilitas serba cepat, dan modern.
Persaingan tajam kompetitif tidak dapat dielakkan
dari laju informasi dan komunikasi efektif tanpa batas.
Sudahkah siap menghadapi perubahan cepat
penuh tantangan ini dengan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas,
lulusan perguruan tinggi yang berani menerapkan ilmu.
Juga dengan kekuatan budaya,
teguh (istiqamah) dalam mengamalkan agama,
maka terjangan globalisasi itu menjadi tidak amat sulit dihadapi.
Lebih utama kemampuan bersaing dalam tantangan sosial budaya,
ekonomi dan politik,
karena globalisasi mengait ke semua aspek kehidupan
dan salah satunya menguasai iptek atau ICT
yang hanya dapat disaingi dengan akhlak yang teguh.
Integrasi akhlak yang kuat tumbuh dari
pendalaman ajaran agama (tafaqquh fid-diin)
dan pengamalan nilai-nilai Islam yang universal (tafaqquh fin-naas)
dalam masalah sosial (umatisasi) kemasyarakatan,
mengedepankan kepentingan bersama dengan ukuran taqwa,
responsif dan kritis menatap perkembangan zaman,
menggeluti kehidupan duniawi bertaraf perbedaan,
kaya dimensi dalam pergaulan
rahmatan lil ‘alamin di seluruh nagari.
Ketahanan umat bangsa dan daerah
terletak pada kekuatan ruhaniyah
dengan iman taqwa dan siasah kebudayaan.
Intinya tauhid, yaitu pengamalan ajaran syarak (agama Islam).
Implementasinya akhlak,
yaitu menata kehidupan berperilaku baik
dengan adat istiadat luhur dalam lingkaran nagari.
Sebagai satu contoh Kabupaten Rejang Lebong, Prov. Bengkulu
telah berhasil membuat Perda tentang adat bersendi syarak
untuk daerahnya dan sudah mulai di terapkan pada tahun 2008 yang lalu.
Daerah Sumbar secara menyeluruh akan menjadi baik,
jika mampu mengembalikan nilai-nilai etika adat religi (ABS-SBK)
dalam bermasyarakat dengan
"memulai dari diri sendiri,
dan memberi contoh kepada masyarakat lainnya" (Al Hadist).
Inilah cara yang tepat sesuai bimbingan Allah SWT,
bahwa ... " apabila penduduk negeri beriman dan bertaqwa
dibukakan untuk mereka keberkatan langit dan bumi ... (QS.7,al-A’raf:96).
Perlu penguatan dalam penyebaran informasi dan komunikasi,
sesuai bimbingan Ilahi Rabbi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar